Sometimes I wonder why is it so difficult to forget. Most of the things we don’t want to remember remain intact – no sign of leaving our memory box. Yet we forget things we should remember, sigh!
And our minds can really pick every detail to the tiniest – minutes detail of everything. Or is it our hearts playing trick, fooling around, purposely driving us insane…
How stupid can one be, not to be able to forget something that hurts. How totally an imbecile is one to remember something obviously unworthy of any thought? Can anyone be so unintelligent to keep on thinking and hoping when the truth is out there…. With proof and evidence… what else do one need to erase thoughts about someone, anyone for the matter, who has clearly manifest his/her true colour?
I just couldn’t think wisely. Let alone painful memories….. I just wonder about this situation…. when you met someone, unintentionally your heart starts pounding, beating faster and dub-dab, dub-dab… oh my, you are out of space…. That someone has invaded your life! He/She is everywhere you are, in your mind, your thoughts, your sleep, your day and night. This is becoming fatal. You can die of a heart seizure, cardiac arrest, what? Your brain has stop some of its functions- your thinking ability has somewhat become paralyzed…he/she is here, there, anywhere, everywhere, e,i,e,i,o…….
But you couldn’t say it out, it is just you, thee, yourself and thou….thy all are within you…screaming, wailing … sign of schizophrenic is setting in. Never mind, the turmoil, storm raging inside you, you can survive. Only you know what is going on, if you are good at concealing your feeling and emotion. Fine.. you are just doing fine.
Somehow, you got to know more about him/her and all that you learnt is not that good, nothing wonderful, something bad, everything is not right… there will be no future of true happiness, everlasting love, romantic tales…. Sorry… fat chance, slim hope.. you just dream on! Yet the feeling stays…. There goes your heart, your limb, your mind, everything; at the sight of him/her. The dub-dab, dub-dab pounding of the heart does not slow down, they reacted the same way… Knock-knock, is there a brain inside your skull?
If the truth does not help overcome your feeling towards someone, what would?
I just don’t understand people. What more if they come and confide to you and asked for opinion… Huh, honestly I don’t! You were there talking and listening to an unwise friend when the monkey suddenly decided that walking in front of us is the best way to get to his car which was way behind us…. !!! Oh my, he knew, you are crazy over him…. Ssoo sorry, you solve your problem.. I m leaving!
Tuesday, June 30, 2009
Monday, June 29, 2009
Bulan, Bintang & Matahari.
Bulan Rejab kembali lagi. Sudah hampir benar dengan Ramadhan, lepas ni Syaaban dan kita tak lama lagi puasa. Lepas puasa, raya pulak dan bermula musim haji. Bestnya kalau dapat pergi menunaikan haji.
Bulan Rejab ni bulan kelahiran kita. Dulu suatu ketika yang lama dulu tapi selepas Perang Dunia ke 2 dan selepas Merdeka, mak kita lahirkan kita pada hari Isnin, 15 Rejab pukul 12 tengahari. Bersusah payah mak mengandungkan kita , melahirkan dan membesarkan.... sayang mak! Dan sayang ayah juga!
Ramai kawan-kawan kita yang mengambil kesempatan berpuasa sunat di bulan Rejab ni, tak kurang yang puasa ganti. Alhamdulillah, banyak terlihat keberkatan di bulan ni. Tapi sebenarnya, semua bulan pun ok. Kita sebenarnya boleh buat kebaikan yang sedikit atau banyak setiap hari, tepuk dada tanya selera dan kalau nak buat jahat pun bukan ikut bulan pun, bila-bila aje boleh buat jahat. Dan hidayah juga kalau nak diberi, bila-bila dan dimana saja boleh diberi.
Bulan Rejab ni banyak makna dalam hidup kita. Selain bulan kelahiran, ia juga bulan yang mencipta sejarah dalam hidup kita, peristiwa-peristiwa besar banyak berlaku dalam bulan ini. Secara kebetulan, takdir menentukan begitu. Hanya Allah yang tahu hikmahnya. Tapi tak ada apa pun yang boleh disungutkan dalam kehidupan ini, kerana banyak sungguh nikmat yang kita perolehi. Apa saja yang kita hilang kalau tak diganti dengan sesuatu yang serupa, diberi pula kebahagiaan dan kesenangan yang lain.
Terfikir selalu apa yang kita buat sebagai tanda terima kasih dan syukur kita kepada segala yang telah kita miliki. Sedangkan kasih sayang emak dan susah payah dia mengandung, melahir dan membesarkan kita pun tak mampu kita balas, apakah yang telah kita persembahkan kepada Pecipta kita dan kehidupan ini.
Teringat kata Ustaz Zahazan: - Nak tahu kedudukan kita di sisi Allah, lihatlah kedudukanNYA dalam diri kita. Kita melihat dalam diri sendiri, seringkali, keutamaan kita diletak bukan pada sesuatu yang benar-benar utama. Kita akan dahulukan semua perkara lain, tapi bukan pada sesuatu yang pasti menjanjikan bahagia abadi kita. Susah benar mendidik diri. Entahlah.
Kita baca dan dengar bagaimana segala makhluk dan benda yang Allah cipta selain manusia akan hanya mengagungkan Penciptanya sahaja sepanjang hayat mereka walaupun mereka tidak diberi akal, tapi kita entah apa-apa yang kita buat dengan akal kita. Tak tahu nak cakap apa lagi, umur dah banyak ikut kiraan bulan atau matahari, bintang pun banyak yang dah mati.... kita ni apa la nak jadi...tak reti nak beri prority. Wallahualam.
Bulan Rejab ni bulan kelahiran kita. Dulu suatu ketika yang lama dulu tapi selepas Perang Dunia ke 2 dan selepas Merdeka, mak kita lahirkan kita pada hari Isnin, 15 Rejab pukul 12 tengahari. Bersusah payah mak mengandungkan kita , melahirkan dan membesarkan.... sayang mak! Dan sayang ayah juga!
Ramai kawan-kawan kita yang mengambil kesempatan berpuasa sunat di bulan Rejab ni, tak kurang yang puasa ganti. Alhamdulillah, banyak terlihat keberkatan di bulan ni. Tapi sebenarnya, semua bulan pun ok. Kita sebenarnya boleh buat kebaikan yang sedikit atau banyak setiap hari, tepuk dada tanya selera dan kalau nak buat jahat pun bukan ikut bulan pun, bila-bila aje boleh buat jahat. Dan hidayah juga kalau nak diberi, bila-bila dan dimana saja boleh diberi.
Bulan Rejab ni banyak makna dalam hidup kita. Selain bulan kelahiran, ia juga bulan yang mencipta sejarah dalam hidup kita, peristiwa-peristiwa besar banyak berlaku dalam bulan ini. Secara kebetulan, takdir menentukan begitu. Hanya Allah yang tahu hikmahnya. Tapi tak ada apa pun yang boleh disungutkan dalam kehidupan ini, kerana banyak sungguh nikmat yang kita perolehi. Apa saja yang kita hilang kalau tak diganti dengan sesuatu yang serupa, diberi pula kebahagiaan dan kesenangan yang lain.
Terfikir selalu apa yang kita buat sebagai tanda terima kasih dan syukur kita kepada segala yang telah kita miliki. Sedangkan kasih sayang emak dan susah payah dia mengandung, melahir dan membesarkan kita pun tak mampu kita balas, apakah yang telah kita persembahkan kepada Pecipta kita dan kehidupan ini.
Teringat kata Ustaz Zahazan: - Nak tahu kedudukan kita di sisi Allah, lihatlah kedudukanNYA dalam diri kita. Kita melihat dalam diri sendiri, seringkali, keutamaan kita diletak bukan pada sesuatu yang benar-benar utama. Kita akan dahulukan semua perkara lain, tapi bukan pada sesuatu yang pasti menjanjikan bahagia abadi kita. Susah benar mendidik diri. Entahlah.
Kita baca dan dengar bagaimana segala makhluk dan benda yang Allah cipta selain manusia akan hanya mengagungkan Penciptanya sahaja sepanjang hayat mereka walaupun mereka tidak diberi akal, tapi kita entah apa-apa yang kita buat dengan akal kita. Tak tahu nak cakap apa lagi, umur dah banyak ikut kiraan bulan atau matahari, bintang pun banyak yang dah mati.... kita ni apa la nak jadi...tak reti nak beri prority. Wallahualam.
Friday, June 26, 2009
Ambillah Pengajarannya!
Harini dengar berita kematian dua selebriti barat Michael Jackson dan Farah Fawcett. Tapi sedihnya pengajaran yang orang kita dapat bukanlah tentang kematian itu adalah bagi setiap orang dan bila masanya kita tak tahu. Mereka lebih bahagia dengar lagu Michael Jackson sepanjang hari dan mengenang zaman jahiliah bila kita ikut segala perangai bintang ini. Bintang apa ini ye? Bintang yang dah padam dan masuk ke dalam black hole.
Tak dinafikan kita juga suka dengar lagu Michael Jackson suatu ketika dulu, sekarang pun kita tak kesah mendengarnya, tapi mengapa orang yang beragama Islam pun sama naik aje mengenang zaman Michael Jackson la, apa la….. entahlah. Menjadikan orang yang jelas tak betul dan banyak mengubah apa yang telah Allah ciptakan sebagai Idola rasanya macam tak berapa waras aje.
Kepada sesiapa yang minat kat Michael Jackson tu, ambillah pengajaran. Ubahla apa saja, macam mana juga, umur, masa dan kematian tetap akan berlaku…. Tak mampu kita menahan atau mengubahnya.
Tapi lagu ni bolehlah di amati liriknya sahaja. Jangan fikirkan peribadi penyanyinya.....
"Heal The World"
There's A Place In
Your Heart
And I Know That It Is Love
And This Place Could
Be Much
Brighter Than Tomorrow
And If You Really Try
You'll Find There's No Need
To Cry
In This Place You'll Feel
There's No Hurt Or Sorrow
There Are Ways
To Get There
If You Care Enough
For The Living
Make A Little Space
Make A Better Place...
Heal The World
Make It A Better Place
For You And For Me
And The Entire Human Race
There Are People Dying
If You Care Enough
For The Living
Make A Better Place
For You And For Me (Chorus)
If You Want To Know Why
There's A Love That
Cannot Lie
Love Is Strong
It Only Cares For
Joyful Giving
If We Try
We Shall See
In This Bliss
We Cannot Feel
Fear Or Dread
We Stop Existing And
Start Living
Then It Feels That Always
Love's Enough For
Us Growing
So Make A Better World
Make A Better World...
Chorus (Repeat)
And The Dream We Were
Conceived In
Will Reveal A Joyful Face
And The World We
Once Believed In
Will Shine Again In Grace
Then Why Do We Keep
Strangling Life
Wound This Earth
Crucify Its Soul
Though It's Plain To See
This World Is Heavenly
Be God's Glow
We Could Fly So High
Let Our Spirits Never Die
In My Heart
I Feel You Are All
My Brothers
Create A World With
No Fear
Together We'll Cry
Happy Tears
See The Nations Turn
Their Swords
Into Plowshares
We Could Really Get There
If You Cared Enough
For The Living
Make A Little Space
To Make A Better Place...
Chorus (Repeat (3X))
There Are People Dying
If You Care Enough
For The Living
Make A Better Place
For You And For Me (2X)
You And For Me (10X)
Tak dinafikan kita juga suka dengar lagu Michael Jackson suatu ketika dulu, sekarang pun kita tak kesah mendengarnya, tapi mengapa orang yang beragama Islam pun sama naik aje mengenang zaman Michael Jackson la, apa la….. entahlah. Menjadikan orang yang jelas tak betul dan banyak mengubah apa yang telah Allah ciptakan sebagai Idola rasanya macam tak berapa waras aje.
Kepada sesiapa yang minat kat Michael Jackson tu, ambillah pengajaran. Ubahla apa saja, macam mana juga, umur, masa dan kematian tetap akan berlaku…. Tak mampu kita menahan atau mengubahnya.
Tapi lagu ni bolehlah di amati liriknya sahaja. Jangan fikirkan peribadi penyanyinya.....
"Heal The World"
There's A Place In
Your Heart
And I Know That It Is Love
And This Place Could
Be Much
Brighter Than Tomorrow
And If You Really Try
You'll Find There's No Need
To Cry
In This Place You'll Feel
There's No Hurt Or Sorrow
There Are Ways
To Get There
If You Care Enough
For The Living
Make A Little Space
Make A Better Place...
Heal The World
Make It A Better Place
For You And For Me
And The Entire Human Race
There Are People Dying
If You Care Enough
For The Living
Make A Better Place
For You And For Me (Chorus)
If You Want To Know Why
There's A Love That
Cannot Lie
Love Is Strong
It Only Cares For
Joyful Giving
If We Try
We Shall See
In This Bliss
We Cannot Feel
Fear Or Dread
We Stop Existing And
Start Living
Then It Feels That Always
Love's Enough For
Us Growing
So Make A Better World
Make A Better World...
Chorus (Repeat)
And The Dream We Were
Conceived In
Will Reveal A Joyful Face
And The World We
Once Believed In
Will Shine Again In Grace
Then Why Do We Keep
Strangling Life
Wound This Earth
Crucify Its Soul
Though It's Plain To See
This World Is Heavenly
Be God's Glow
We Could Fly So High
Let Our Spirits Never Die
In My Heart
I Feel You Are All
My Brothers
Create A World With
No Fear
Together We'll Cry
Happy Tears
See The Nations Turn
Their Swords
Into Plowshares
We Could Really Get There
If You Cared Enough
For The Living
Make A Little Space
To Make A Better Place...
Chorus (Repeat (3X))
There Are People Dying
If You Care Enough
For The Living
Make A Better Place
For You And For Me (2X)
You And For Me (10X)
Thursday, June 25, 2009
Antara semut seberang lautan dan gajah di depan mata.
Teringat luahan hati seorang lelaki tentang ketidakpuasan hati dengan layanan isterinya. Habis segala-gala kelemahan dan kekurangan isteri diceritakannya. Sehingga sedih pulak membayangkan kalaulah isterinya tahu apa yang suaminya cerita tentang dia. Tapi perkahwinan dah lebih dari dua puluh tahun, anak-anak dah besar. Dan sedih dan memeranjatkan apabila si suami kata kalaulah isterinya itu seperti seseorang..... entahlah!
The grass looks greener on the other side of the field. Kenapa cepat sangat meletak nilai tinggi pada orang yang kita kenal luarannya sahaja dan tiada nilai langsung orang yang berkongsi tilam bantal dan segala-galanya dengan kita bertahun-tahun lamanya.
Bukankah isteri itu suami yang mendidik dan membentuknya? Kalau banyak sangat kelemahan pada isteri, sudah tentu ada kelemahan pada suami. Takkan baru sekarang nampak segala kekurangan. Mengapa tak buat sesuatu dari awalnya untuk membimbing isteri mengikut kehendak hati kita. Kadang-kadang tak ada salah dari segi keperluan rumah tangga, disebut segala kekurangan dalam hubungan intim suami isteri.
Wahai lelaki, kalau perlakuan anda menyebabkan dia tak seronok dan tak selesa tentu dia kurang berminat. Kenapa tidak berbincang dan berkomunikasi tentang perkara ini. Memang nampak macam tak penting bagi sesetengah orang, tapi kerana isu dalam kelambu ni orang bercerai-berai, suami kahwin lain, isteri curang. Kalau rasa tak banyak, sedikit pun masalah ini dapat menyumbang kepada bahagia atau tidak sesuatu rumah tangga itu. Kerana Allah telah ciptakan manusia dengan fitrah dan keinginan naluri yang ingin dipenuhi bila ada tempatnya. Kalau tak ada pun, bagi yang tak beriman, akan dicari juga walaupun tak halal! Jadi ambil isu ini sebagai sesuatu yang serius dan penting dalam keharmonian rumah tangga.
Ada orang boleh bercakap segala dengan orang lain tapi tidak dengan pasangan sendiri. Kenapa kita tak nak jadikan pasangan kita sebagai tempat meluahkan rasa dan berbincang? Sebab kita tak meletakkan nilai yang tinggi pada mereka. Kita selalu rasa mereka tak memahami kita, mereka tak sporting, mereka tak perlu tahu.... lalu apa matlamat kita memilih mereka sebagai pasangan hidup? Untuk menghasilkan zuriat aje, tukang masak, tukang cuci, tukang cari belanja, tukang layan, tukang urut? Apa? Kalau di awal perkahwinan tak dibiasakan mesra, berpegangan tangan, berbincang, buat segala bersama, memangla janggal bila dah kahwin 10-15 tahun baru nak mula. Hairan jugak ada orang rasa segan nak jalan pegang tangan dengan pasangan sendiri tapi mengada-ngada dengan orang lain tak malu.
Entahlah. Tapi apapun, janganlah cuba bandingkan pasangan kita dengan orang lain. Baik buruk dia, kita dah tahu luar dalam, tapi orang yang kita tak pernah duduk bersamanya belum tentu lagi. Tak akan ada orang yang akan dedahkan keburukan dirinya pada orang... memang tak laku la jawabnya. Cuba bayangkan kita dibandingkan dengan orang lain. Sedih tak? Terimalah dia seadanya. Kalau hati terbekenan kat orang lain, tak payahlah nak mencari salah dia, untuk menutup keterlanjuran kita jatuh hati. Itu semua kadang-kadang bukan kuasa kita. Kenapa pulak nak cari tempat meletakkan kesalahan, hanya kerana kita tak dapat kawal diri dan perasaan sendiri. Dan bersyukurlah kita ada keluarga dan lihatlah diri sendiri. Bayangkan banyaknya kesabaran orang dengan kekurangan dan kelemahan yang ada pada kita ni. Apa kita ingat kita perfect ke?
The grass looks greener on the other side of the field. Kenapa cepat sangat meletak nilai tinggi pada orang yang kita kenal luarannya sahaja dan tiada nilai langsung orang yang berkongsi tilam bantal dan segala-galanya dengan kita bertahun-tahun lamanya.
Bukankah isteri itu suami yang mendidik dan membentuknya? Kalau banyak sangat kelemahan pada isteri, sudah tentu ada kelemahan pada suami. Takkan baru sekarang nampak segala kekurangan. Mengapa tak buat sesuatu dari awalnya untuk membimbing isteri mengikut kehendak hati kita. Kadang-kadang tak ada salah dari segi keperluan rumah tangga, disebut segala kekurangan dalam hubungan intim suami isteri.
Wahai lelaki, kalau perlakuan anda menyebabkan dia tak seronok dan tak selesa tentu dia kurang berminat. Kenapa tidak berbincang dan berkomunikasi tentang perkara ini. Memang nampak macam tak penting bagi sesetengah orang, tapi kerana isu dalam kelambu ni orang bercerai-berai, suami kahwin lain, isteri curang. Kalau rasa tak banyak, sedikit pun masalah ini dapat menyumbang kepada bahagia atau tidak sesuatu rumah tangga itu. Kerana Allah telah ciptakan manusia dengan fitrah dan keinginan naluri yang ingin dipenuhi bila ada tempatnya. Kalau tak ada pun, bagi yang tak beriman, akan dicari juga walaupun tak halal! Jadi ambil isu ini sebagai sesuatu yang serius dan penting dalam keharmonian rumah tangga.
Ada orang boleh bercakap segala dengan orang lain tapi tidak dengan pasangan sendiri. Kenapa kita tak nak jadikan pasangan kita sebagai tempat meluahkan rasa dan berbincang? Sebab kita tak meletakkan nilai yang tinggi pada mereka. Kita selalu rasa mereka tak memahami kita, mereka tak sporting, mereka tak perlu tahu.... lalu apa matlamat kita memilih mereka sebagai pasangan hidup? Untuk menghasilkan zuriat aje, tukang masak, tukang cuci, tukang cari belanja, tukang layan, tukang urut? Apa? Kalau di awal perkahwinan tak dibiasakan mesra, berpegangan tangan, berbincang, buat segala bersama, memangla janggal bila dah kahwin 10-15 tahun baru nak mula. Hairan jugak ada orang rasa segan nak jalan pegang tangan dengan pasangan sendiri tapi mengada-ngada dengan orang lain tak malu.
Entahlah. Tapi apapun, janganlah cuba bandingkan pasangan kita dengan orang lain. Baik buruk dia, kita dah tahu luar dalam, tapi orang yang kita tak pernah duduk bersamanya belum tentu lagi. Tak akan ada orang yang akan dedahkan keburukan dirinya pada orang... memang tak laku la jawabnya. Cuba bayangkan kita dibandingkan dengan orang lain. Sedih tak? Terimalah dia seadanya. Kalau hati terbekenan kat orang lain, tak payahlah nak mencari salah dia, untuk menutup keterlanjuran kita jatuh hati. Itu semua kadang-kadang bukan kuasa kita. Kenapa pulak nak cari tempat meletakkan kesalahan, hanya kerana kita tak dapat kawal diri dan perasaan sendiri. Dan bersyukurlah kita ada keluarga dan lihatlah diri sendiri. Bayangkan banyaknya kesabaran orang dengan kekurangan dan kelemahan yang ada pada kita ni. Apa kita ingat kita perfect ke?
Bila la kita nak cerdik???
Sharing is caring! Selalu kita dengar ungkapan ni. Best juga kalau memang ini yang kita amalkan dalam banyak hal. Tapi kadang-kadang kita tak share benda yang sepatutnya kita share, dan kadang-kadang kita share bukan kerana kita care.
Ada orang segala kesusahan dan kesedihannya diluahkan kepada kawan dan sahabat atau ahli keluarga. Nak share masalah, terpendam dan terbuku di dalam hati. So, kalau ada tempat mengadu dan meluahkan rasa, bolehlah mengurangkan tekanan perasaan. Memang benar, itu adalah satu cara menangani stress. Bila kecewa dengan pasangan, tak dapat layanan yang diingini, semua cerita sebab hati bengang. Masa badan sakit, jiwa tak tenteram, hidup susah, share cerita dengan orang yang boleh mendengar dan memahami.
Teringat pulak pada seseorang ni, masa dia sakit, susah, sedih... dia sentiasa talipon anak kita, mengadu hal. Anak kita selalu menangis sedih mengenang orang ni. Lepas tu, baru-baru ni, dia mendapat kebahagiaan baru, bersenang hati dan bergembira, anak kita tak tahu pun. Jangan kata nak ajak, menipu lagi. Tapi kantoi jugak. What goes around, comes around! Bukan boleh sorok pun. Lagipun dari segi agama, perkara-perkara baik begitu kena hebahkan untuk mengelak fitnah. Tapi itukah tanda caring? When you are not sharing the good thing.
Berbalik kepada sharing is caring ni. Kalau kita dapat berita yang tak berapa enak tentang kawan atau kenalan kita, kita mesti nak share dengan kawan lain kan? So itu sebenarnya tanda kita ni, teruk! (Cakap tentang diri sendiri jugak). Kita dah tahu lama tapi kita simpan. Entah macam mana, orang lain tahu, habis satu dunia tahu, bila tanya kat kita kita bukan nak nafi atau diam, kita iyakan pulak. Zalimnya kita. Betapa kita tak care langsung dengan maruah orang.
Perkara yang dah tersebar walau bukan kita sebarkan, menyebabkan kita rasa susah hati sebab tak berdaya nak menghalangnya. Salah kita jugak sebenarnya, tak berusaha pun nak tutup. Takut sangat orang kata kita mengada-ngada macam alim sangat. Tapi kita tak takut kat Tuhan. Kita selalu cakap nak jadi baik tapi kita buat juga benda tak baik. Kita selalu lupa bahawa segala-galanya ujian dan kita kena hadapi dengan waras dan ikut akal bukan ikut hati. Selalu kita dah buat yang tak betul baru nak menyesal. Kenapalah kita tak belajar juga dari pengalaman lama. Susahnya mendidik diri!
Ada orang segala kesusahan dan kesedihannya diluahkan kepada kawan dan sahabat atau ahli keluarga. Nak share masalah, terpendam dan terbuku di dalam hati. So, kalau ada tempat mengadu dan meluahkan rasa, bolehlah mengurangkan tekanan perasaan. Memang benar, itu adalah satu cara menangani stress. Bila kecewa dengan pasangan, tak dapat layanan yang diingini, semua cerita sebab hati bengang. Masa badan sakit, jiwa tak tenteram, hidup susah, share cerita dengan orang yang boleh mendengar dan memahami.
Teringat pulak pada seseorang ni, masa dia sakit, susah, sedih... dia sentiasa talipon anak kita, mengadu hal. Anak kita selalu menangis sedih mengenang orang ni. Lepas tu, baru-baru ni, dia mendapat kebahagiaan baru, bersenang hati dan bergembira, anak kita tak tahu pun. Jangan kata nak ajak, menipu lagi. Tapi kantoi jugak. What goes around, comes around! Bukan boleh sorok pun. Lagipun dari segi agama, perkara-perkara baik begitu kena hebahkan untuk mengelak fitnah. Tapi itukah tanda caring? When you are not sharing the good thing.
Berbalik kepada sharing is caring ni. Kalau kita dapat berita yang tak berapa enak tentang kawan atau kenalan kita, kita mesti nak share dengan kawan lain kan? So itu sebenarnya tanda kita ni, teruk! (Cakap tentang diri sendiri jugak). Kita dah tahu lama tapi kita simpan. Entah macam mana, orang lain tahu, habis satu dunia tahu, bila tanya kat kita kita bukan nak nafi atau diam, kita iyakan pulak. Zalimnya kita. Betapa kita tak care langsung dengan maruah orang.
Perkara yang dah tersebar walau bukan kita sebarkan, menyebabkan kita rasa susah hati sebab tak berdaya nak menghalangnya. Salah kita jugak sebenarnya, tak berusaha pun nak tutup. Takut sangat orang kata kita mengada-ngada macam alim sangat. Tapi kita tak takut kat Tuhan. Kita selalu cakap nak jadi baik tapi kita buat juga benda tak baik. Kita selalu lupa bahawa segala-galanya ujian dan kita kena hadapi dengan waras dan ikut akal bukan ikut hati. Selalu kita dah buat yang tak betul baru nak menyesal. Kenapalah kita tak belajar juga dari pengalaman lama. Susahnya mendidik diri!
Wednesday, June 24, 2009
Realization always come too late!
Hari ni teringat tentang manusia ni cepat sangat lupa betapa besarnya nikmat kehidupan yang telah diberikan kepada kita. Terutama sekali nikmat umur dan masa. Bila kita sedar nilai sesuatu tu, benda tu dah tak ada lagi. So, pada yang masih memiliki apa-apa saja macam kata-kata ni, fikirlah ye. Got it in my email, again…..
To realize the value of a sister
Ask someone who doesn't have one.
To realize the value of ten years:
Ask a newly divorced couple.
To realize the value of four years:
Ask a graduate.
To realize the value of one year:
Ask a student who has failed a final exam.
To realize the value of nine months:
Ask a mother who gave birth to a still born.
To realize the value of one month:
Ask a mother who has given birth to a premature baby.
To realize the value of one week:
Ask an editor of a weekly newspaper.
To realize the value of one hour:
Ask the lovers who are waiting to meet.
To realize the value of one minute:
Ask a person who has missed the train, bus or plane.
To realize the value of one-second:
Ask a person who has survived an accident...
To realize the value of one millisecond:
Ask the person who has won a silver medal in the Olympics
Time waits for no one.
Treasure every moment you have.
You will treasure it even more when
you can share it with someone special.
To realize the value of a friend:
Lose one.
Bila merasa diri lebih baik dari orang lain, itulah saatnya apabila sebenarnya kita adalah lebih buruk dari sesiapapun. Bila orang memohon maaf dari kita, dan kita rasa bangga kerana orang sedar yang kita tak bersalah, itulah salah kita yang paling besar. Bila rasa hebat kerana menasihati orang tentang kelemahannya, itulah kelemahan besar kita. Bila merasa gembira kerana rasa kita telah buat kebaikan, itulah sebab kesedihan kita.
Kerana sebenarnya kita tak tau nilai perbuatan kita di sisi Allah.
Alangkah baiknya jika kita buat sedikit kesilapan pun, kita merasa kita telah buat dosa yang sangat besar yang mungkin tak terampun!
To realize the value of a sister
Ask someone who doesn't have one.
To realize the value of ten years:
Ask a newly divorced couple.
To realize the value of four years:
Ask a graduate.
To realize the value of one year:
Ask a student who has failed a final exam.
To realize the value of nine months:
Ask a mother who gave birth to a still born.
To realize the value of one month:
Ask a mother who has given birth to a premature baby.
To realize the value of one week:
Ask an editor of a weekly newspaper.
To realize the value of one hour:
Ask the lovers who are waiting to meet.
To realize the value of one minute:
Ask a person who has missed the train, bus or plane.
To realize the value of one-second:
Ask a person who has survived an accident...
To realize the value of one millisecond:
Ask the person who has won a silver medal in the Olympics
Time waits for no one.
Treasure every moment you have.
You will treasure it even more when
you can share it with someone special.
To realize the value of a friend:
Lose one.
Bila merasa diri lebih baik dari orang lain, itulah saatnya apabila sebenarnya kita adalah lebih buruk dari sesiapapun. Bila orang memohon maaf dari kita, dan kita rasa bangga kerana orang sedar yang kita tak bersalah, itulah salah kita yang paling besar. Bila rasa hebat kerana menasihati orang tentang kelemahannya, itulah kelemahan besar kita. Bila merasa gembira kerana rasa kita telah buat kebaikan, itulah sebab kesedihan kita.
Kerana sebenarnya kita tak tau nilai perbuatan kita di sisi Allah.
Alangkah baiknya jika kita buat sedikit kesilapan pun, kita merasa kita telah buat dosa yang sangat besar yang mungkin tak terampun!
Tuesday, June 23, 2009
Man??ooo…PAUSE!!!
Bercakap tentang dunia lelaki dan wanita. Lelaki bujang, wanita bujang, lelaki berkahwin, wanita berkahwin, duda, janda, balu…. Nak tak nak kita ada dalam satu kelompok dan kategori ini kan?, Tolak la kategori lelaki dan wanita tua, pertengahan umur, muda, remaja, bla bla bla.....
Nak cerita tentang pengalaman... susah jugak nak cerita. Tapi yang pasti melalui pengalaman ini, memang merasa diri benar-benar munafik dan tak beriman lansung. Sebabnya kalau orang yang beriman boleh melakukan tiga perkara mencegah kemungkaran iaitu dengan tangan, dengan lidah atau selemah-lemahnya dalam hati. Nope, none of those... I just sat there, and because I was not able to stop them, I joined them, instead!
Had to work outstation again and this time, got a ride from a “friend” (used to think of this person as one) who drove and there was another “friend” in the car as well. The three of us, were in the car, it was a long journey as the speed limit is 90km/h but we were going at 75km/h. I was beginning to have “car seat sore”! Was once impressed with the car, but not anymore, after this!
Okay, I have always tell myself don’t judge people, don’t! But, betul lah pesan Rasulullah s.a.w, untuk kedua kalinya, nak kenal hati budi seseorang, pergilah bermusafir dengannya untuk beberapa hari. So, there I was, with this man and the other woman, talking about their ….how do I put this…..”wants”, physically! A husband (of another woman and she wasn’t there) and this other lady… a divorcee… And there was me, myself and I, “laughing” at what they were saying!
What did I do? Nothing, answered some of their questions, laughing and agreeing or disagreeing at times. And gave my opinion when asked! I am disgusted with myself. What has happened to me? I can be easily influenced and a lesson is, avoid bad company! And ironically, got a bisul right on my right knee on the second day there! Serves me right!
The point is, sedih pulak rasanya bila akhirnya, kita mengenali hati budi seseorang yang kita hormat dari pengamatan dan perlakuannya di tempat kerja, sebenarnya adalah orang yang tak berapa layak diberi penghormatan begitu. Sama saja dia dengan lelaki lain yang tak berapa tebal iman dan kewarasan dan dari 9 akal yang dia miliki, yang nafsu satu itulah juga lebih besar kedudukan dalam dirinya. Tak ada makna langsung tahap kelulusan kertas yang berjenis-jenis dan berkeping-keping jika, akal hanya memikirkan tentang nikmat dan lazat hubungan fizikal sahaja.
Dan terasalah bahawa lelaki seperti ini tak memilih pun, siapa saja yang boleh… dan sedih juga bila, kita dianggap mudah hanya kerana status kita dan hanya kerana kita diam dan boleh tumpang gelak. Murahnya diri ini. And diri ini merasa juga seperti dipergunakan bagi menutup perkara tak elok yang sedang berlaku antara mereka, so kita adalah sandaran, nak cover lubang busuk mereka.
Kenapalah kita selalu lupa bahawa Allah, melihat kita setiap masa. Kita biarkan mereka hanyut dalam dunia mereka. Apa agaknya yang berlaku sebelum kita naik kereta tu dan selepas kita turun? Semua perkara ini menghantui fikiran kita. Dan mengapa kita biarkan diri kita, terbabit dengan mereka, sedangkan dalam hati kita, menyampah dan meluat dengan apa yang berlaku. Kenapa kita layan jugak mereka macam kita, tak kisah apa-apa pun? Malahan, kita rasa tak ada beza langsung, kita dan mereka. Kita doa juga Allah ampuni dosa kita dan mereka. Dan mereka dan kita bukan muda lagi. Kitalah yang paling muda kat situ, dan itu pun memang dah tak muda. Apa nak jadi dengan dunia ni... dengan kita?
Tulah ada kawan kita kata, ’kita perempuan ni, sampai masanya menopause dan dalam status kita ni bila nampak lelaki kena sentiasa duduk sebentar, fikir baru ambik tindakan atau berkata-kata?’ Man? Ooooo... PAUSE!!! Dont let them label you as easy, NEVER!!
Kita insaf dan taubat, tak nak tumpang mereka lagi!!!!
Nak cerita tentang pengalaman... susah jugak nak cerita. Tapi yang pasti melalui pengalaman ini, memang merasa diri benar-benar munafik dan tak beriman lansung. Sebabnya kalau orang yang beriman boleh melakukan tiga perkara mencegah kemungkaran iaitu dengan tangan, dengan lidah atau selemah-lemahnya dalam hati. Nope, none of those... I just sat there, and because I was not able to stop them, I joined them, instead!
Had to work outstation again and this time, got a ride from a “friend” (used to think of this person as one) who drove and there was another “friend” in the car as well. The three of us, were in the car, it was a long journey as the speed limit is 90km/h but we were going at 75km/h. I was beginning to have “car seat sore”! Was once impressed with the car, but not anymore, after this!
Okay, I have always tell myself don’t judge people, don’t! But, betul lah pesan Rasulullah s.a.w, untuk kedua kalinya, nak kenal hati budi seseorang, pergilah bermusafir dengannya untuk beberapa hari. So, there I was, with this man and the other woman, talking about their ….how do I put this…..”wants”, physically! A husband (of another woman and she wasn’t there) and this other lady… a divorcee… And there was me, myself and I, “laughing” at what they were saying!
What did I do? Nothing, answered some of their questions, laughing and agreeing or disagreeing at times. And gave my opinion when asked! I am disgusted with myself. What has happened to me? I can be easily influenced and a lesson is, avoid bad company! And ironically, got a bisul right on my right knee on the second day there! Serves me right!
The point is, sedih pulak rasanya bila akhirnya, kita mengenali hati budi seseorang yang kita hormat dari pengamatan dan perlakuannya di tempat kerja, sebenarnya adalah orang yang tak berapa layak diberi penghormatan begitu. Sama saja dia dengan lelaki lain yang tak berapa tebal iman dan kewarasan dan dari 9 akal yang dia miliki, yang nafsu satu itulah juga lebih besar kedudukan dalam dirinya. Tak ada makna langsung tahap kelulusan kertas yang berjenis-jenis dan berkeping-keping jika, akal hanya memikirkan tentang nikmat dan lazat hubungan fizikal sahaja.
Dan terasalah bahawa lelaki seperti ini tak memilih pun, siapa saja yang boleh… dan sedih juga bila, kita dianggap mudah hanya kerana status kita dan hanya kerana kita diam dan boleh tumpang gelak. Murahnya diri ini. And diri ini merasa juga seperti dipergunakan bagi menutup perkara tak elok yang sedang berlaku antara mereka, so kita adalah sandaran, nak cover lubang busuk mereka.
Kenapalah kita selalu lupa bahawa Allah, melihat kita setiap masa. Kita biarkan mereka hanyut dalam dunia mereka. Apa agaknya yang berlaku sebelum kita naik kereta tu dan selepas kita turun? Semua perkara ini menghantui fikiran kita. Dan mengapa kita biarkan diri kita, terbabit dengan mereka, sedangkan dalam hati kita, menyampah dan meluat dengan apa yang berlaku. Kenapa kita layan jugak mereka macam kita, tak kisah apa-apa pun? Malahan, kita rasa tak ada beza langsung, kita dan mereka. Kita doa juga Allah ampuni dosa kita dan mereka. Dan mereka dan kita bukan muda lagi. Kitalah yang paling muda kat situ, dan itu pun memang dah tak muda. Apa nak jadi dengan dunia ni... dengan kita?
Tulah ada kawan kita kata, ’kita perempuan ni, sampai masanya menopause dan dalam status kita ni bila nampak lelaki kena sentiasa duduk sebentar, fikir baru ambik tindakan atau berkata-kata?’ Man? Ooooo... PAUSE!!! Dont let them label you as easy, NEVER!!
Kita insaf dan taubat, tak nak tumpang mereka lagi!!!!
Saturday, June 6, 2009
If only I could see…..
I was thinking of what is it that gives us the idea that someone likes us. Is it just us- ‘perasan’? How do you tell? Let say – if a person calls you maybe once a week just to say hello. Saying that he was thinking of you so he called. He asks how are you doing and tells you to take care. Maybe nothing, because it is only once a week. What if the two of you are actually working in the same place, maybe not in the same office but in the same company. And he seems to be looking for excuses just to call your department and asks for you to ask about something that anyone from your department would be able to answer. And what if he makes it a point to remind you of anything that would bring your memory back to the occasion or event – held by the company where the two of you had to do something together. And what if he goes anywhere outstation, he would bring back or buy something for you?
Oh… dear! Is it just a woman’s imagination, thinking that …… he likes me , yeah, yeah, yeah! I am not sure! But sometimes, we wonder, is he like that with everyone else? Maybe! And if we like someone, is it obvious in our action, behaviour or body language? Can anyone guess that we have a special interest in someone? Could a man sense if a woman likes him? Is it embarrassing if he knows? Or could it be that the man knows that ‘this lady’ likes me. So, why not, I try? What if he is a married man?
Is it okay if a person doesn’t have any interest in you but somehow leads you on, thinking and believing that he cares? Your assumption could be wrong but all his actions display affection towards you. Is it okay to ask? What if he says,”no, I just like you more than anyone else but that is all.” Hu..hu..hu….the thought of rejection! Being rejected is bad!!! Really bad. There goes your pride and dignity! Where to hide? Should one go for a total makeover, plastic surgery, immigrate, apply for transfer, change gender? (the last one is too much, I think!) What do we do? Imagine if we can see through someone? We can read people’s minds? Oh….oh… wrong imagination! I don’t think that is a good thought! Knowing what is/are in the minds of other people is not good. ( you can start thinking yourselves)
But it is an agony not to know… where we stand in a relationship! It is complicated, confusing, and at times painful. If only we can just see our place in their hearts and in their lives. Couldn’t they just send us the right signals and not try to mislead or confuse us?
Remember the Malay pantun?
Kalau padi katalah padi,
Tidaklah saya tertampi-tampi.
Kalau sudi katalah sudi,
Tidaklah saya ternanti-nanti.
Oh… dear! Is it just a woman’s imagination, thinking that …… he likes me , yeah, yeah, yeah! I am not sure! But sometimes, we wonder, is he like that with everyone else? Maybe! And if we like someone, is it obvious in our action, behaviour or body language? Can anyone guess that we have a special interest in someone? Could a man sense if a woman likes him? Is it embarrassing if he knows? Or could it be that the man knows that ‘this lady’ likes me. So, why not, I try? What if he is a married man?
Is it okay if a person doesn’t have any interest in you but somehow leads you on, thinking and believing that he cares? Your assumption could be wrong but all his actions display affection towards you. Is it okay to ask? What if he says,”no, I just like you more than anyone else but that is all.” Hu..hu..hu….the thought of rejection! Being rejected is bad!!! Really bad. There goes your pride and dignity! Where to hide? Should one go for a total makeover, plastic surgery, immigrate, apply for transfer, change gender? (the last one is too much, I think!) What do we do? Imagine if we can see through someone? We can read people’s minds? Oh….oh… wrong imagination! I don’t think that is a good thought! Knowing what is/are in the minds of other people is not good. ( you can start thinking yourselves)
But it is an agony not to know… where we stand in a relationship! It is complicated, confusing, and at times painful. If only we can just see our place in their hearts and in their lives. Couldn’t they just send us the right signals and not try to mislead or confuse us?
Remember the Malay pantun?
Kalau padi katalah padi,
Tidaklah saya tertampi-tampi.
Kalau sudi katalah sudi,
Tidaklah saya ternanti-nanti.
Friday, June 5, 2009
Ketika kuasa di tangan manusia
Pernah tak terfikir andai kita boleh mencipta ribut, taufan badai dan gelombang? Mungkin dalam satu hari beratus-ratus tsunami akan berlaku dan lebih banyak yang mati dari yang hidup. Kalau kita boleh menurunkan hujan atau menahan hujan, mungkin ramai yang akan mati dipanah petir setiap hari kerana ada yang nak hujan dan ada yang taknak hujan, lalu awan antara nak hujan tak hujan, sentiasa padat dan penuh tepu, membentuk banyak sekali cas dan sedikit sentuhan (friction?) akan menyebab aliran elektrik yang kuat dan berkuasa tinggi. Kalau tak pun ada masa sepanjang tahun banjir atau sepanjang tahun kemarau, tengoklah siapa yang kuat. Pernahkah terfikir kalau kita boleh menukar musim dan struktur tanah-tanih? Bunga nak kembang tak jadi, buah nak keluar tak tentu, binatang-binatang dalam kebingungan tak tahu ke mana tak tuju. Sebab manusia ni kepalanya tak sama dan keinginan juga berbagai-bagai. Susah nak hidup.
Kalau kita fikir begitu, lebih baik kita tak punyai kuasa-kuasa hebat begitu tapi Tuhan dah memang tahu dah! Sebab tu Tuhan yang hanya satu itu, menjadikan kita lemah dari segi kehebatan kuasa tapi hebat dari segi akal dan pemikiran. Walaupun kita tiada kuasa mencipta gelombang, ribut dan segala tetapi kita boleh berusaha untuk melindungi diri kita dari bala bencana akibat bencana-bencana seumpama ini.
Namun begitu kerap berlaku kehidupan kita sengsara, punah ranah dan di timpa kemusnahan bukan kerana bencana alam dan malapetaka semula jadi tapi berlaku kerana kita tanpa sedar menyebabkan kemusnahan dan kerosakan dalam kehidupan kita. Memang benar bencana alam sekali ia berlaku boleh menyebabkan kemusnahan besar dan kehilangan nyawa yang banyak dalam sekelip mata tapi kalau kita lihat sekeliling kita, kemusnahan berlaku setiap hari walau bencana alam berlaku sekali-sekala. (Memang lebih kerap sekarang, ketika dunia di hujung usianya)
Ramai orang yang mendapat pengajaran hanya setelah menderita ditimpa badai rasa kerana kegagalan dalam kehidupan. Malangnya bukan semua pengajaran yang diterima itu pengajaran yang positif. Ada yang mengambil peluang untuk membalas dendam atau berubah untuk menunjukkan bahawa dia boleh melalui segala badai gelombang kekecewaan ini- berubah dari mulia menjadi hina. Lelaki yang sakit hati boleh mengambil tindakan memperdaya ramai perempuan lain kerana kecewa dengan hanya seorang wanita sahaja. Perempuan dari elok-elok menutup aurat bertukar gaya dedah-mendedah hanya kerana merasa diri tiada kekurangan. Orang yang kehilangan wang dan harta benda menipu dan merampas pula harta benda orang lain. Orang yang pergi masjid hilang selipar balik pakai kasut orang lain. Aduhai, mana kita nak dapat hentikan gelombang kerosakan sedia ada bila kita pulak ikut serta lebih teruk dari apa yang kita alami.
Sebenarnya hidup ini kita yang memilih jalan yang hendak kita tempuh. Nak dapat baik buat baik, nak bahagia jangan menyusahkan orang. Jangan mudah meletakkan apa-apa yang berlaku pada takdir. Memang benar ada takdir kehidupan tetapi sesuatu yang belum berlaku bukan takdir. Kalau kita memilih untuk membina kehidupan untuk hanya sehari dua tanpa ada perancangan jangkapanjang mungkin bahagia kita pun bukan bahagia yang panjang jangka hayatnya. Keindahan yang dilihat dengan nafsu bukan dengan matahati akan rosak jika nafsu manusia yang tak pernah puas mula merasa kekurangan dan tak seronok lagi. Mengapa kita selalu menggunakan rasional kita yang tak rasional. Pernah tak kita duduk dan membuat kira-kira ( tak semestinya matematik je) ambil kertas tulis kebaikan dan keburukan tindakan kita untuk hari ini, esok, tahun depan, sepuluh tahun lagi jika panjang umur. Pernahkah kita buat perancangan stratejik (bukan untuk syarikat atau organisasi sahaja) untuk kehidupan kita? Jika sesuatu berlaku apa yang boleh kita buat. Apa persediaan kita untuk menghadapi sekiranya berlaku gelombang pusingan kedua?
Janganlah kita cepat sangat meletakkan segala pada takdir sebab pasti kita akan ditanya apa yang kita buat dalam hidup ini. Logiknya kalau semua boleh diletak pada takdir, maka tak adil lah pula kita di hakimi pada perkara yang diluar kuasa kita kan? Tuhan telah beri kita akal, mata, telinga, hidung, segala kemudahan dalam dunia ni sebagai amanah dan kita yang menguruskannya. Melainkan kita telah berusaha besungguh-sunguh untuk mengelak atau untuk mendapatkan sesuatu hingga ke titisan peluh dan darah terakhir tetapi hasil yang kita dapat adalah sebaliknya, maka itulah takdir. Kalau kita masak nasi goreng dengan harapan untuk menghilangkan kempunan kita nak makan daging steak, mana mungkin nasi itu bertukar jadi daging. Tapi kalau kita dah dapat daging, dah siap segala bahan, tiba-tiba kucing curi steak kita, ada lak orang datang bagi nasi goreng, itulah takdir.
Mana mungkin kita kahwin kerana terpaksa kerana dah kena cekup khalwat kalau kita tak pergi ke tempat sunyi, duduk berdua dengan bukan mahram. Lepas tu kahwin tak bahagia kita kata takdir sebab dah kena cekup. Tapi kalau kita sesat pergi satu tempat tiba-tiba ada orang lain jugak sesat, lepas tu kita cuba nak keluar, datang orang cekup, lepas tu ada pulak saksi durjana kata memang iye, kita sengaja duduk dalam tu. Ayah kita paksa kita kawin dengan lelaki tu dan lelaki tu pulak rela, itu takdir. Sebab memang Allah Maha Tahu tapi Allah tidak bersifat zalim pada makhluknya. Bagi setiap keadaan sentiasa ada beberapa pilihan. Pilihan kita itu akan menentukan kesudahannya. Bukan kita tak percaya pada takdir tapi manusia perlu berusaha. Orang yang meletakkan segala pada takdir adalah orang yang mencari jalan penyelesaian mudah bagi menjawab persoalan dan melepaskan diri dari keadaan.
Pepatah kata kita hanya merancang tapi Allah yang menentukan, memang tepat. Tapi sehebat manakah perancangan kita, apa yang telah berlaku memang tak dapat diubah. Tapi masih ada jalan dan usaha bagi sesuatu yang belum terlaksana. Fikirlah sedalam-dalam dan semasak-masaknya kerana apa jua tindakan kita, natijahnya kita jugalah yang akan hadapi.
Kalau kita fikir begitu, lebih baik kita tak punyai kuasa-kuasa hebat begitu tapi Tuhan dah memang tahu dah! Sebab tu Tuhan yang hanya satu itu, menjadikan kita lemah dari segi kehebatan kuasa tapi hebat dari segi akal dan pemikiran. Walaupun kita tiada kuasa mencipta gelombang, ribut dan segala tetapi kita boleh berusaha untuk melindungi diri kita dari bala bencana akibat bencana-bencana seumpama ini.
Namun begitu kerap berlaku kehidupan kita sengsara, punah ranah dan di timpa kemusnahan bukan kerana bencana alam dan malapetaka semula jadi tapi berlaku kerana kita tanpa sedar menyebabkan kemusnahan dan kerosakan dalam kehidupan kita. Memang benar bencana alam sekali ia berlaku boleh menyebabkan kemusnahan besar dan kehilangan nyawa yang banyak dalam sekelip mata tapi kalau kita lihat sekeliling kita, kemusnahan berlaku setiap hari walau bencana alam berlaku sekali-sekala. (Memang lebih kerap sekarang, ketika dunia di hujung usianya)
Ramai orang yang mendapat pengajaran hanya setelah menderita ditimpa badai rasa kerana kegagalan dalam kehidupan. Malangnya bukan semua pengajaran yang diterima itu pengajaran yang positif. Ada yang mengambil peluang untuk membalas dendam atau berubah untuk menunjukkan bahawa dia boleh melalui segala badai gelombang kekecewaan ini- berubah dari mulia menjadi hina. Lelaki yang sakit hati boleh mengambil tindakan memperdaya ramai perempuan lain kerana kecewa dengan hanya seorang wanita sahaja. Perempuan dari elok-elok menutup aurat bertukar gaya dedah-mendedah hanya kerana merasa diri tiada kekurangan. Orang yang kehilangan wang dan harta benda menipu dan merampas pula harta benda orang lain. Orang yang pergi masjid hilang selipar balik pakai kasut orang lain. Aduhai, mana kita nak dapat hentikan gelombang kerosakan sedia ada bila kita pulak ikut serta lebih teruk dari apa yang kita alami.
Sebenarnya hidup ini kita yang memilih jalan yang hendak kita tempuh. Nak dapat baik buat baik, nak bahagia jangan menyusahkan orang. Jangan mudah meletakkan apa-apa yang berlaku pada takdir. Memang benar ada takdir kehidupan tetapi sesuatu yang belum berlaku bukan takdir. Kalau kita memilih untuk membina kehidupan untuk hanya sehari dua tanpa ada perancangan jangkapanjang mungkin bahagia kita pun bukan bahagia yang panjang jangka hayatnya. Keindahan yang dilihat dengan nafsu bukan dengan matahati akan rosak jika nafsu manusia yang tak pernah puas mula merasa kekurangan dan tak seronok lagi. Mengapa kita selalu menggunakan rasional kita yang tak rasional. Pernah tak kita duduk dan membuat kira-kira ( tak semestinya matematik je) ambil kertas tulis kebaikan dan keburukan tindakan kita untuk hari ini, esok, tahun depan, sepuluh tahun lagi jika panjang umur. Pernahkah kita buat perancangan stratejik (bukan untuk syarikat atau organisasi sahaja) untuk kehidupan kita? Jika sesuatu berlaku apa yang boleh kita buat. Apa persediaan kita untuk menghadapi sekiranya berlaku gelombang pusingan kedua?
Janganlah kita cepat sangat meletakkan segala pada takdir sebab pasti kita akan ditanya apa yang kita buat dalam hidup ini. Logiknya kalau semua boleh diletak pada takdir, maka tak adil lah pula kita di hakimi pada perkara yang diluar kuasa kita kan? Tuhan telah beri kita akal, mata, telinga, hidung, segala kemudahan dalam dunia ni sebagai amanah dan kita yang menguruskannya. Melainkan kita telah berusaha besungguh-sunguh untuk mengelak atau untuk mendapatkan sesuatu hingga ke titisan peluh dan darah terakhir tetapi hasil yang kita dapat adalah sebaliknya, maka itulah takdir. Kalau kita masak nasi goreng dengan harapan untuk menghilangkan kempunan kita nak makan daging steak, mana mungkin nasi itu bertukar jadi daging. Tapi kalau kita dah dapat daging, dah siap segala bahan, tiba-tiba kucing curi steak kita, ada lak orang datang bagi nasi goreng, itulah takdir.
Mana mungkin kita kahwin kerana terpaksa kerana dah kena cekup khalwat kalau kita tak pergi ke tempat sunyi, duduk berdua dengan bukan mahram. Lepas tu kahwin tak bahagia kita kata takdir sebab dah kena cekup. Tapi kalau kita sesat pergi satu tempat tiba-tiba ada orang lain jugak sesat, lepas tu kita cuba nak keluar, datang orang cekup, lepas tu ada pulak saksi durjana kata memang iye, kita sengaja duduk dalam tu. Ayah kita paksa kita kawin dengan lelaki tu dan lelaki tu pulak rela, itu takdir. Sebab memang Allah Maha Tahu tapi Allah tidak bersifat zalim pada makhluknya. Bagi setiap keadaan sentiasa ada beberapa pilihan. Pilihan kita itu akan menentukan kesudahannya. Bukan kita tak percaya pada takdir tapi manusia perlu berusaha. Orang yang meletakkan segala pada takdir adalah orang yang mencari jalan penyelesaian mudah bagi menjawab persoalan dan melepaskan diri dari keadaan.
Pepatah kata kita hanya merancang tapi Allah yang menentukan, memang tepat. Tapi sehebat manakah perancangan kita, apa yang telah berlaku memang tak dapat diubah. Tapi masih ada jalan dan usaha bagi sesuatu yang belum terlaksana. Fikirlah sedalam-dalam dan semasak-masaknya kerana apa jua tindakan kita, natijahnya kita jugalah yang akan hadapi.
Thursday, June 4, 2009
You just take care of yourself for now!
This afternoon a ‘good friend’ called and asked me to translate “contemplating” and “pondering”? I was about to ask him, why these two words? Are you contemplating whether you should or shouldn’t ask me about…… and that you are pondering about your life now……. And that you feel that I am ……………. (he he he, how I wish!). But because I was in my towel about to enter the bathroom, and it is not nice to talk to a man when you are not decently dressed although I was just talking to the phone ( don’t start pondering and then contemplating of saying things about me, that is bad!) I just simply answered him nicely, giving the meaning as to how I understand the two words.
Okay, someone said to me, why is it difficult to learn language? I don’t know! Honestly, I don’t! Because I find learning language difficult. Why? Because I have a book with a lot of words – Arabic. Have been attending some classes ( more than 2 can be considered- some yea..) and following a radio program whenever I have time, but I could only ask, “ how do you do?” and “ I am fine.” I am slow learner. Really slow! English? I am not that good either. And honestly, I don’t know how I learn, all I can remember is – one day I suddenly realized I can understand most of the things I read and I can really laugh watching sitcom, because I knew what was said and not faking anything!
But then, to be good at it, I had to learn and I am still learning because it is like eternity or infinity? Have yet to discover the decimal point. And I make mistakes all the time. But who cares? I don’t! If you worry so much about what other people say, you will never learn. So speak up. Those who laugh and think that your language sucks, shouldn’t be thinking or saying anything. They are not perfect. Nobody is perfect! And as usual there is a saying – no pain no gain!
If you are just learning for the sake of communication – then use the language. As long as what you said is understood, that is good enough! But if you intend to sit for exam, and the subject is called English, please do not contemplate on- whether –“learning properly or guessing the answer?” Not wise, no…. Whatever it is, everything requires effort. Some things need lots of effort, while others require less or just a little.
Just to communicate? Fine, let us start talking. Aaaa… what was the question? (Echoing..) “Yesterday, you go where? Morning -morning I look for you, you don’t have!”……(some memory lapse here?) No, not that I forget where I was, it was a bit hard to digest……”Oooo, I was in a meeting!”- but then, Bravo! I did understand after a few moments of deep thinking.
Why not help a person who is so enthusiastic to learn? Encourage, motivate, help and you will see result!..
”Kak, monitor department want you to make work with he in he room!”
Oh, ok I have to stop now. My boss wants me in his room now to…. make…..what?
You just take care of yourself for now!
Okay, someone said to me, why is it difficult to learn language? I don’t know! Honestly, I don’t! Because I find learning language difficult. Why? Because I have a book with a lot of words – Arabic. Have been attending some classes ( more than 2 can be considered- some yea..) and following a radio program whenever I have time, but I could only ask, “ how do you do?” and “ I am fine.” I am slow learner. Really slow! English? I am not that good either. And honestly, I don’t know how I learn, all I can remember is – one day I suddenly realized I can understand most of the things I read and I can really laugh watching sitcom, because I knew what was said and not faking anything!
But then, to be good at it, I had to learn and I am still learning because it is like eternity or infinity? Have yet to discover the decimal point. And I make mistakes all the time. But who cares? I don’t! If you worry so much about what other people say, you will never learn. So speak up. Those who laugh and think that your language sucks, shouldn’t be thinking or saying anything. They are not perfect. Nobody is perfect! And as usual there is a saying – no pain no gain!
If you are just learning for the sake of communication – then use the language. As long as what you said is understood, that is good enough! But if you intend to sit for exam, and the subject is called English, please do not contemplate on- whether –“learning properly or guessing the answer?” Not wise, no…. Whatever it is, everything requires effort. Some things need lots of effort, while others require less or just a little.
Just to communicate? Fine, let us start talking. Aaaa… what was the question? (Echoing..) “Yesterday, you go where? Morning -morning I look for you, you don’t have!”……(some memory lapse here?) No, not that I forget where I was, it was a bit hard to digest……”Oooo, I was in a meeting!”- but then, Bravo! I did understand after a few moments of deep thinking.
Why not help a person who is so enthusiastic to learn? Encourage, motivate, help and you will see result!..
”Kak, monitor department want you to make work with he in he room!”
Oh, ok I have to stop now. My boss wants me in his room now to…. make…..what?
You just take care of yourself for now!
Wednesday, June 3, 2009
Ujian Allah kerana kelemahan dan kelalaian diri
Dalam mendengar Usrah Rasa Hati di radio Ikim dan teringat pujian seseorang, merasa diri ini kerdil dan hina. Kerana apa? Kerana dulu masa dilanda musibah, adakala kita lupa diri, perasaan sedih membutakan matahati sehingga kadang-kadang kita mengadu bukan pada tempatnya. Bercerita hanya kerana kita rasa dada kita sesak penuh dengan perasaan yang mesti kita luahkan. Lalu kita ceritakan segala rahsia kekecewaan dan kita terlalu kecewa sehingga kita tak pernah terlintas untuk melihat bahawa kita sebenarnya telah menyebarkan aib diri dan orang yang terlibat dengan kita. Walau macamana kita pertahankan bahawa memang itulah yang berlaku tapi kita lupa bahawa kita hanya manusia yang banyak sungguh kelemahan diri.
Kita memang percaya bahawa Allah telah menentukan segalanya dan bahawa dakwat sejarah kehidupan kita ini dulu, kini dan selamanya sudah kering - ubat yang paling mujarab untuk mengubat luka yang tidak kelihatan berdarah tapi parah. Dalam kesedihan berpeganglah pada hakikat ini. Jangan bersedih atas segala apa ujian kesusahan dan kesedihan, Allah nak berikan kita sesuatu yang baik.
Namun begitu bila kita waras kembali, lihatlah kedalam diri. Pasti ada salah kita kalau sesuatu ikatan tu kurang berjaya. Ada kekurangan yang menjadi lobang sehingga bocor terkeluar apa harta yang kita miliki. Dalam hubungan, kita mungkin lemah dari segi banyak hal. Kita kurang mesra, kurang prihatin, kurang peka, kurang budi bahasa, kurang lemah-lembut, kurang dari berbagai macam perkara. Kerana agama juga mengajar kita untuk menilai diri. Jangan hanya melihat kepada kekurangan orang lain sehingga kita kecewa dan merana, fikirlah mungkin puncanya dari kita juga.
Dan kalau kita tak dapat melihat walau sedikit pun kekurangan pada diri kita, maka yakinlah bahawa itu ujian untuk kita - jangan sampai kita jadi syirik pula kerana merasa tiada kekurangan lansung pada diri kita sehingga boleh dikecewakan oleh seorang manusia.
Dan janganlah kita mudah benar merasa bangga kerana dipuji dengan sedikit kebaikan sehingga merasa teruja - itu pun ujian juga. Ingatlah bahawa tiada siapa pun yang tahu segalanya tentang diri kita hatta ibubapa atau pasangan kita sendiri. Pasti ada ketika dan waktu kita pernah kalau tak buat pun,teringat atau terfikir tentang sesuatu yang tak baik sifatnya... hebatkah kita? Tak malukah kita merasa bangga dengan sedikit pujian bila kita sedar Allah tak pernah lalai mengawasi kita dan tahu segala walau sekadar terdetik dalam hati sahaja. Tak pernah terfikirkah kita kalau mungkin orang yang kita rasa menganiayai dan menzalimi kita mungkin tempatnya lebih baik dari kita kerana apa yang kita rasa zalim dan aniaya itu mungkin pada pandangan kita sahaja yang lemah tapi tak mahu mengaku sehingga perkara kecil-kecil pun kita rasa sangat besar dan sangat zalim.
Dan kalau benar kita dizalimi maka bukan hanya diri kita sahaja yang kita perlu ditolong tapi orang yang zalim juga kerana itulah ajaran agama.Kasihan pada orang yang zalim diuji lebih dahsyat dari orang yang dizalimi kerana apabila kita dianiayai dan dizalimi, doa-doa kita terangkat terus dan pasti diberi kalau tak sekarang pasti nanti.
Kita memang percaya bahawa Allah telah menentukan segalanya dan bahawa dakwat sejarah kehidupan kita ini dulu, kini dan selamanya sudah kering - ubat yang paling mujarab untuk mengubat luka yang tidak kelihatan berdarah tapi parah. Dalam kesedihan berpeganglah pada hakikat ini. Jangan bersedih atas segala apa ujian kesusahan dan kesedihan, Allah nak berikan kita sesuatu yang baik.
Namun begitu bila kita waras kembali, lihatlah kedalam diri. Pasti ada salah kita kalau sesuatu ikatan tu kurang berjaya. Ada kekurangan yang menjadi lobang sehingga bocor terkeluar apa harta yang kita miliki. Dalam hubungan, kita mungkin lemah dari segi banyak hal. Kita kurang mesra, kurang prihatin, kurang peka, kurang budi bahasa, kurang lemah-lembut, kurang dari berbagai macam perkara. Kerana agama juga mengajar kita untuk menilai diri. Jangan hanya melihat kepada kekurangan orang lain sehingga kita kecewa dan merana, fikirlah mungkin puncanya dari kita juga.
Dan kalau kita tak dapat melihat walau sedikit pun kekurangan pada diri kita, maka yakinlah bahawa itu ujian untuk kita - jangan sampai kita jadi syirik pula kerana merasa tiada kekurangan lansung pada diri kita sehingga boleh dikecewakan oleh seorang manusia.
Dan janganlah kita mudah benar merasa bangga kerana dipuji dengan sedikit kebaikan sehingga merasa teruja - itu pun ujian juga. Ingatlah bahawa tiada siapa pun yang tahu segalanya tentang diri kita hatta ibubapa atau pasangan kita sendiri. Pasti ada ketika dan waktu kita pernah kalau tak buat pun,teringat atau terfikir tentang sesuatu yang tak baik sifatnya... hebatkah kita? Tak malukah kita merasa bangga dengan sedikit pujian bila kita sedar Allah tak pernah lalai mengawasi kita dan tahu segala walau sekadar terdetik dalam hati sahaja. Tak pernah terfikirkah kita kalau mungkin orang yang kita rasa menganiayai dan menzalimi kita mungkin tempatnya lebih baik dari kita kerana apa yang kita rasa zalim dan aniaya itu mungkin pada pandangan kita sahaja yang lemah tapi tak mahu mengaku sehingga perkara kecil-kecil pun kita rasa sangat besar dan sangat zalim.
Dan kalau benar kita dizalimi maka bukan hanya diri kita sahaja yang kita perlu ditolong tapi orang yang zalim juga kerana itulah ajaran agama.Kasihan pada orang yang zalim diuji lebih dahsyat dari orang yang dizalimi kerana apabila kita dianiayai dan dizalimi, doa-doa kita terangkat terus dan pasti diberi kalau tak sekarang pasti nanti.
Beranilah atas nama kebenaran
Malam tadi kurang lena tidor. Susah benar melelapkan mata sehingga awal pagi. Bukan apa, sekadar memikirkan tentang masyaakat yang menjadi jiran tetangga kita, kelompok yang sekitar kita. Tentang pandangan, pemikiran dan kepercayaan tentang baik dan benar.
Bila kita buat kajian secara pengamatan mata kasar, kebanyakkan mereka adalah yang terpelajar dan yang belajar. Mengamalkan segala asas yang disuruh agama tapi kadangkala penerimaan kepada sesuatu perkara tertentu seringkali menggambarkan betapa negatifnya pemikiran.
Kalau nak cakap soal tak bahagia dengan kehidupan sendiri, sepatutnya sudah cukup bahagia. Tapi bahagia itu pun sebenarnya adalah mengikut penilaian dan sukatan individu. Bila sebenarnya kita bahagia? Bila kita buat keputusan untuk bahagia, kita pasti akan bahagia di mana saja, bagaimana , bila, sendiri atau bersama siapa jua. Kitalah yang menentukannya. Bukan orang lain.
Setiap kali kita merasa tidak bahagia, pastinya tak akan bahagia. Tak salah merasa bahagia walaupun kita ditinggalkan, tak salah merasa bahagia setelah kehilangan, tak susah merasa bahagia dalam kekurangan. Selagi kita dapat melihat kebaikan dari segala kesusahan dan kesedihan, kehilangan dan kekurangan, sendiri dan keseorangan, berdua dan berteman. Selagi kita mampu melihat apa yang ada dalam tiada, kelebihan dalam kekurangan, teman dalam keseorangan, tenang dalam berteman, insyaAllah kita akan bahagia.
Kalau kita bahagia tentunya kita ingin orang lain juga menikmati bahagia dengan apa cara yang dapat membahagiakan mereka selagi tak salah dari segi agama. Janganlah kita menilai orang hanya kerana ujian mereka berbeza dengan kita. Bukan mereka sengaja agaknya untuk mengambil tindakan yang mereka ambil. Berdoalah untuk mereka, apatah lagi kalau mereka seagama dengan kita.
Dan bagi yang diuji dengan kebahagiaan yang mungkin sedikit luarbiasa bagi masyarakat dan kelompok kita, tenanglah! Sifat insan ini sementara bagi segala-galanya. Tak lama mereka akan lupa, insyaAllah lama-lama mereka bukan sahaja akan menerima malahan menyetujui juga. Sabarlah dan tabahlah menghadapi. Beranilah selagi kita dipihak yang benar. Semoga Allah membalas segala kesabaran kita dan cekal hati dalam melalui kehidupan dengan modal umur yang sedikit ini, dengan bahagia yang kekal abadi, selamanya. Dan janganlah sekali-kali lupa selain kuasa Allah atas segala, kita tetapkanlah standard kita untuk bahagia dan sesungguhnya doa itu adalah sehebat-hebat senjata yang menjadikan manusia itu sekukuh gunung-ganang yang mempu menahan tiupan angin dan sehebat karang dilautan tak terusik di landa badai!
Bila kita buat kajian secara pengamatan mata kasar, kebanyakkan mereka adalah yang terpelajar dan yang belajar. Mengamalkan segala asas yang disuruh agama tapi kadangkala penerimaan kepada sesuatu perkara tertentu seringkali menggambarkan betapa negatifnya pemikiran.
Kalau nak cakap soal tak bahagia dengan kehidupan sendiri, sepatutnya sudah cukup bahagia. Tapi bahagia itu pun sebenarnya adalah mengikut penilaian dan sukatan individu. Bila sebenarnya kita bahagia? Bila kita buat keputusan untuk bahagia, kita pasti akan bahagia di mana saja, bagaimana , bila, sendiri atau bersama siapa jua. Kitalah yang menentukannya. Bukan orang lain.
Setiap kali kita merasa tidak bahagia, pastinya tak akan bahagia. Tak salah merasa bahagia walaupun kita ditinggalkan, tak salah merasa bahagia setelah kehilangan, tak susah merasa bahagia dalam kekurangan. Selagi kita dapat melihat kebaikan dari segala kesusahan dan kesedihan, kehilangan dan kekurangan, sendiri dan keseorangan, berdua dan berteman. Selagi kita mampu melihat apa yang ada dalam tiada, kelebihan dalam kekurangan, teman dalam keseorangan, tenang dalam berteman, insyaAllah kita akan bahagia.
Kalau kita bahagia tentunya kita ingin orang lain juga menikmati bahagia dengan apa cara yang dapat membahagiakan mereka selagi tak salah dari segi agama. Janganlah kita menilai orang hanya kerana ujian mereka berbeza dengan kita. Bukan mereka sengaja agaknya untuk mengambil tindakan yang mereka ambil. Berdoalah untuk mereka, apatah lagi kalau mereka seagama dengan kita.
Dan bagi yang diuji dengan kebahagiaan yang mungkin sedikit luarbiasa bagi masyarakat dan kelompok kita, tenanglah! Sifat insan ini sementara bagi segala-galanya. Tak lama mereka akan lupa, insyaAllah lama-lama mereka bukan sahaja akan menerima malahan menyetujui juga. Sabarlah dan tabahlah menghadapi. Beranilah selagi kita dipihak yang benar. Semoga Allah membalas segala kesabaran kita dan cekal hati dalam melalui kehidupan dengan modal umur yang sedikit ini, dengan bahagia yang kekal abadi, selamanya. Dan janganlah sekali-kali lupa selain kuasa Allah atas segala, kita tetapkanlah standard kita untuk bahagia dan sesungguhnya doa itu adalah sehebat-hebat senjata yang menjadikan manusia itu sekukuh gunung-ganang yang mempu menahan tiupan angin dan sehebat karang dilautan tak terusik di landa badai!
Tuesday, June 2, 2009
Lidah, mata dan telinga.
Minggu ni minggu deria sedunia kot. Sebab apa saja cerita mesti teringat akan deria yang ada kat kita ni. Bertuah sungguh kita yang ada cukup dua mata, dua telinga, hidung dan mulut. Hidung satu aje tapi lubangnya dua. Kalau selesema atau sejuk tersumbat satu rongga hidung, memang tak selesa sungguh. Lemahnya manusia ni..
Ada dua mata, dua telinga dan dua lubang hidung tapi mulut ada satu je. Peribahasa ke pepatah melayu ada mengadakan- kerana pulut santan binasa, kerana mulut badan binasa. Orang buta boleh hidup, orang pekak pun boleh hidup, orang bisu pun boleh hidup, kalau tak ada hidung, mungkin payah sikit la, tapi boleh kot benafas dengan mulut!
Kita selalu pesan kepada yang selalu jumpa dan dengar kita, supaya buka sahaja apa yang ada dua dari dagu ke atas, tapi tutuplah apa yang ada satu. Bukan kita cipta sendiri pun, tapi belajar dari orang lain juga. Sebabnya bagi orang yang dilahirkan tanpa kecacatan deria ni, susah nak sesuaikan diri jika salah satunya hilang fungsi. Dan kita selalu dengar dalam ceramah agama dan memang Rasulullah s.a.w pun ada pesan supaya jaga lidah yang dalam mulut tu sebab, banyak mudharatnya kalau tak tahu nak kawal.
Mata pun kalau salah guna boleh memudaratkan pemiliknya dengan berbagai cara sekarang atau nanti. Dari mata turun ke hati. Kalau tak bersuara pun, hati selalu berkata-kata kesan apa yang dilihat mata kita. Ada tak kisah tentang telinga membawa parah kepada pemiliknya? Mungkin, kalau terlampau taksub nak rasa cantik, pasang subang seratus pasang dan korek telinga terlalu dalam! Tapi apapun yang kita dengar (jika buruk) dan lidah tidak sampaikan, jasad tidak amalkan, hati tak menilai dan mengata, tak adalah bawa keburukan kot? Kalau ada mungkin kepada jiwa sendiri sahaja! Pecah Mental, kata anakku kalau benda-benda tu, mendatangkan stress padanya!
Apapun ramai orang yang kita kenal kurang kemahiran menggunakan nikmat dua telinga ni. Kurang mendengar. Tak belajar jadi pendengar, tak perasan bahawa kemahiran mendengarnya kurang (mungkin kita pun?). Banyak kali kita melalui senario ini, ada yang bercerita, berceramah, ada pulak ceramah selingan di belakang. Ada kawan bercakap sesuatu tak sempat habis, dah kena potong, ada kawan nak mengadu masalah, kawan lain sampuk cerita yang seakan-akan sama macam masalah nenek sedara dia punya mak tiri, tak habis masalah kawan, putus talian hayat hari tu. Anak nak cerita tentang impian dan keinginan dia, belum apa-apa, mak ayah kata mengarut. Suami nak cerita, isteri pun ada cerita, masa-masa tu jugak tak sempat nak tunggu pasangan habis bercerita.
Bunyi macam kelakar je kan? Tapi kita banyak dengar luahan hati kawan-kawan yang kecewa dengan masalah kemahiran mendengar ni. Tak dapat nak luahkan pada pasangan mereka, apa yang mereka lalui, hadapi, tak puas hati, macam-macam. Dulu pun itu juga salah satu sebab mengapa orang bengang dengan kita (Kata orang tu!). Alhamdulillah, kita belajar juga untuk mendengar. Terimakasih kerana pengalaman perit dan satu sebabnya dia kata kita kurang mendengar dan kurang bercakap dengan dia! Mungkin ada kebenarannya, tapi kita rasa mungkin jugak dia memang tak minat nak bercakap kat kita, cakap dengan orang lain, orang tu dengar dan sokong segala sebab dia tak susah nak fikir kalau apa-apa berlaku- bukan masalah dia. Mungkin kita banyak fikir salah benar, sesuai atau tak, patut atau tak patut bagi setiap perancangan dan tindakan. Memang salah kita la tu, banyak sangat pantang larang! Apa pun kita berterima kasih juga kerana banyak sungguh pengajaran dan hikmah yang kita hanya lihat setelah rasa kecewa menonggeng tertonggeng!
Alamak, terbabas lak. Sori la. Apapun, kemahiran mendengar ini sangat penting sebenarnya untuk keharmonian hidup. Kalau pemerintah tak mendengar rungutan dan aduan rakyat macamana nak memerintah dengan baik. Kalau boss tak dengar, pendapat pekerja susah juga nak maju, kalau cikgu tak dengar masalah pembelajaran murid, tak patut jadi cikgu, ibubapa kalau tak dengar apa yang anak nak sampaikan, mungkin tiba-tiba dengar suara cucu menangis je, anak-anak kalau tak dengar cakap ibubapa alamatlah tak selamat, isteri tak dengar cakap suami mengundang tak bahagia, kawan-kawan kalau tak reti nak belajar mendengar kawan, lama-lama tak ada kawan!
Marilah kita sama-sama perbaiki kemahiran mendengar kita. Lepas tu kita banyaklah mendengar ilmu-ilmu yang baik jangan asyik dengar lagu je, letih juga. Dengar bacaan Quran dapat pahala, dengar nasihat yang baik dapat ilmu, dengar bunyi alam dapat mendidik jiwa melihat keagungan dan kebesaran Tuhan. Jom kita jadi pendengar yang baik!
Ada dua mata, dua telinga dan dua lubang hidung tapi mulut ada satu je. Peribahasa ke pepatah melayu ada mengadakan- kerana pulut santan binasa, kerana mulut badan binasa. Orang buta boleh hidup, orang pekak pun boleh hidup, orang bisu pun boleh hidup, kalau tak ada hidung, mungkin payah sikit la, tapi boleh kot benafas dengan mulut!
Kita selalu pesan kepada yang selalu jumpa dan dengar kita, supaya buka sahaja apa yang ada dua dari dagu ke atas, tapi tutuplah apa yang ada satu. Bukan kita cipta sendiri pun, tapi belajar dari orang lain juga. Sebabnya bagi orang yang dilahirkan tanpa kecacatan deria ni, susah nak sesuaikan diri jika salah satunya hilang fungsi. Dan kita selalu dengar dalam ceramah agama dan memang Rasulullah s.a.w pun ada pesan supaya jaga lidah yang dalam mulut tu sebab, banyak mudharatnya kalau tak tahu nak kawal.
Mata pun kalau salah guna boleh memudaratkan pemiliknya dengan berbagai cara sekarang atau nanti. Dari mata turun ke hati. Kalau tak bersuara pun, hati selalu berkata-kata kesan apa yang dilihat mata kita. Ada tak kisah tentang telinga membawa parah kepada pemiliknya? Mungkin, kalau terlampau taksub nak rasa cantik, pasang subang seratus pasang dan korek telinga terlalu dalam! Tapi apapun yang kita dengar (jika buruk) dan lidah tidak sampaikan, jasad tidak amalkan, hati tak menilai dan mengata, tak adalah bawa keburukan kot? Kalau ada mungkin kepada jiwa sendiri sahaja! Pecah Mental, kata anakku kalau benda-benda tu, mendatangkan stress padanya!
Apapun ramai orang yang kita kenal kurang kemahiran menggunakan nikmat dua telinga ni. Kurang mendengar. Tak belajar jadi pendengar, tak perasan bahawa kemahiran mendengarnya kurang (mungkin kita pun?). Banyak kali kita melalui senario ini, ada yang bercerita, berceramah, ada pulak ceramah selingan di belakang. Ada kawan bercakap sesuatu tak sempat habis, dah kena potong, ada kawan nak mengadu masalah, kawan lain sampuk cerita yang seakan-akan sama macam masalah nenek sedara dia punya mak tiri, tak habis masalah kawan, putus talian hayat hari tu. Anak nak cerita tentang impian dan keinginan dia, belum apa-apa, mak ayah kata mengarut. Suami nak cerita, isteri pun ada cerita, masa-masa tu jugak tak sempat nak tunggu pasangan habis bercerita.
Bunyi macam kelakar je kan? Tapi kita banyak dengar luahan hati kawan-kawan yang kecewa dengan masalah kemahiran mendengar ni. Tak dapat nak luahkan pada pasangan mereka, apa yang mereka lalui, hadapi, tak puas hati, macam-macam. Dulu pun itu juga salah satu sebab mengapa orang bengang dengan kita (Kata orang tu!). Alhamdulillah, kita belajar juga untuk mendengar. Terimakasih kerana pengalaman perit dan satu sebabnya dia kata kita kurang mendengar dan kurang bercakap dengan dia! Mungkin ada kebenarannya, tapi kita rasa mungkin jugak dia memang tak minat nak bercakap kat kita, cakap dengan orang lain, orang tu dengar dan sokong segala sebab dia tak susah nak fikir kalau apa-apa berlaku- bukan masalah dia. Mungkin kita banyak fikir salah benar, sesuai atau tak, patut atau tak patut bagi setiap perancangan dan tindakan. Memang salah kita la tu, banyak sangat pantang larang! Apa pun kita berterima kasih juga kerana banyak sungguh pengajaran dan hikmah yang kita hanya lihat setelah rasa kecewa menonggeng tertonggeng!
Alamak, terbabas lak. Sori la. Apapun, kemahiran mendengar ini sangat penting sebenarnya untuk keharmonian hidup. Kalau pemerintah tak mendengar rungutan dan aduan rakyat macamana nak memerintah dengan baik. Kalau boss tak dengar, pendapat pekerja susah juga nak maju, kalau cikgu tak dengar masalah pembelajaran murid, tak patut jadi cikgu, ibubapa kalau tak dengar apa yang anak nak sampaikan, mungkin tiba-tiba dengar suara cucu menangis je, anak-anak kalau tak dengar cakap ibubapa alamatlah tak selamat, isteri tak dengar cakap suami mengundang tak bahagia, kawan-kawan kalau tak reti nak belajar mendengar kawan, lama-lama tak ada kawan!
Marilah kita sama-sama perbaiki kemahiran mendengar kita. Lepas tu kita banyaklah mendengar ilmu-ilmu yang baik jangan asyik dengar lagu je, letih juga. Dengar bacaan Quran dapat pahala, dengar nasihat yang baik dapat ilmu, dengar bunyi alam dapat mendidik jiwa melihat keagungan dan kebesaran Tuhan. Jom kita jadi pendengar yang baik!
Monday, June 1, 2009
Trying to make sense
“The word sense covers a wide range of content; the sensory, the sensational, the sensitive, the sensible and the sentimental, along with the sensuous.”- this is something I quote from John Dewey- read about aesthetics and art- quite sometimes ago! But I admire how all the philosophers see things and are able to put their thoughts into beautiful words and sentences when I struggle to think of a metaphor to describe my mother- everything beautiful about her- yet no word can describe her!
Talking and thinking of making sense of things is another aspect that more often, failed to make sense to me. Why do we need to rationalize things, why do we need to see the logic of everything, why do we go all out just to find answers to satisfy our minds. Because we are curious beings. Because…. We are not easily contented with just knowing, we want to know all the details as to when, how and why after the who and the what is answered!
But then not everything that happen in our lives, can be explained and come to term with what we believe as the common sense. Common sense is used to explain the general acceptance of conditions such as danger, pleasure, opportunity, bla….bla (actually difficult to think of other things). Everyone should know that if you cant swim but still you jump into a river (of course it must be deep) you are actually commiting suicide (of course without any life saving apparatus or someone there to save you). That is common sense. Under normal circumstances, your family will have to wait by the river side while the ‘they’ search for your body or for you to afloat….Then you’ll be buried. That is the prediction of one with common sense, I guess.
But there are other circumstances where common sense does not give us that satisfaction of correct prediction. I remember reading a story, a long time ago, about a man who was announced and confirmed dead by the doctor and was buried but he somehow got himself out of the grave and returned home (NO! He was not a zombie!). Then there were other cases but luckily they were not yet buried and then doctors and scientist discovered a new kind of illness where the heart can stop but the brain still work. That is why today, unless your brain died you will remain alive although people can poke spears onto your body without you realizing!
Making no sense? Neither am I. The point is, why must we try to make sense of everything that happened to us? We will end up thinking of all the kindness we did, the sacrifice we made, the money we spent, bla…bla and end up miserable. Why not use our sensory to appreciate life, the little time we have, be sensitive to the suffering of others instead of our own, be sensible making judgement of others, keep all the positive encounters in life as our sentimental belongings, and be a sensationally wise person who thinks of challenges and obstacles as sensuous elements that make us better and more mature!
Am I making sense now?
Talking and thinking of making sense of things is another aspect that more often, failed to make sense to me. Why do we need to rationalize things, why do we need to see the logic of everything, why do we go all out just to find answers to satisfy our minds. Because we are curious beings. Because…. We are not easily contented with just knowing, we want to know all the details as to when, how and why after the who and the what is answered!
But then not everything that happen in our lives, can be explained and come to term with what we believe as the common sense. Common sense is used to explain the general acceptance of conditions such as danger, pleasure, opportunity, bla….bla (actually difficult to think of other things). Everyone should know that if you cant swim but still you jump into a river (of course it must be deep) you are actually commiting suicide (of course without any life saving apparatus or someone there to save you). That is common sense. Under normal circumstances, your family will have to wait by the river side while the ‘they’ search for your body or for you to afloat….Then you’ll be buried. That is the prediction of one with common sense, I guess.
But there are other circumstances where common sense does not give us that satisfaction of correct prediction. I remember reading a story, a long time ago, about a man who was announced and confirmed dead by the doctor and was buried but he somehow got himself out of the grave and returned home (NO! He was not a zombie!). Then there were other cases but luckily they were not yet buried and then doctors and scientist discovered a new kind of illness where the heart can stop but the brain still work. That is why today, unless your brain died you will remain alive although people can poke spears onto your body without you realizing!
Making no sense? Neither am I. The point is, why must we try to make sense of everything that happened to us? We will end up thinking of all the kindness we did, the sacrifice we made, the money we spent, bla…bla and end up miserable. Why not use our sensory to appreciate life, the little time we have, be sensitive to the suffering of others instead of our own, be sensible making judgement of others, keep all the positive encounters in life as our sentimental belongings, and be a sensationally wise person who thinks of challenges and obstacles as sensuous elements that make us better and more mature!
Am I making sense now?
Subscribe to:
Posts (Atom)